Sabtu, 31 Juli 2010

Cicih, "Jadi Guru Teladan Tingkat Nasional Adalah Tantangan"

TERPILIH menjadi guru taman kanak-kanak (TK) teladan tingkat nasional bagi Cicih Wartisah, S.Pd. tak terbayangkan sebelumnya. Meski hanya meraih juara dua, namun hal ini dinilai sangat membanggakan sekaligus tantangan. Betapa tidak, dalam kesehariannya, sosok pendidik ini mengaku belum bisa berbuat banyak untuk mengabdi karena masih banyak kekurangan.

"Terus terang saja, bagi saya terpilih jadi guru teladan tingkat nasional merupakan tantangan. Maklum, masih banyak yang harus digarap untuk memajukan pendidikan, terutama anak didik usia TK. Kendati ini membanggakan, saya tak ada apa-apanya," tutur Cicih kepada "GM" di TK Darul Hikam, Kompleks Rancaekek Kencana, Kec. Rancaekek, Kab. Bandung, Jumat (30/7).

Cicih yang terkesan ramah, sederhana, dan terbuka ini, mengabdi di TK Darul Kalam. Selain menjabat sebagai kepala sekolah (Kepsek)-nya, ia juga sering terjun langsung mendidik sekaligus membina anak-anak didiknya. "Jadi kepsek 'kan selain harus pintar memenej sekolah, juga tetap, sasaran utamanya 'kan anak didik sehingga sering saya terjun langsung mengajar, sekaligus membina anak-anak didik," katanya.

Perempuan berusia 39 tahun yang telah dikaruniai dua anak dan tinggal di Jln. Suplir II Kompleks Rancaekek Kencana ini, meraih juara II guru TK teladan tingkat nasional pada Agustus 2009. Saat itu, kata alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung jurusan Administrasi Pendidikan (Adpen), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini, piagam dan hadiah atas prestasi tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M. Nuh. Selain menerima piagam, dirinya pun menerima uang tunai Rp 15 juta dan 1 laptop.

Cicih yang kini tengah menyelesaikan pascasarjana di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pasundan Bandung ini, ternyata sebelumnya pun menjadi guru TK teladan I untuk tingkat Kab. Bandung dan Jabar. Sebagai guru TK teladan I untuk tingkat Jabar, ia menerima piagam dan hadiah berupa umrah dari Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan.

Ketika ditanya apa kiatnya hingga terpilih menjadi guru TK telatingkat nasional, menurut alumnus SPGN II Bandung angkatan 1990 yang diangkat menjadi PNS tahun 2009 ini, tidak ada kiat khusus. "Yang pasti saya mendidik dan memajukan anak-anak didik tanpa pamrih dan harus banyak belajar juga. Yang terpenting, guru harus benar-benar jadi teladan, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Seperti kata pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Ini harus benar-benar dicamkan," ujarnya.

Ia berharap apa yang diraihnya kini akan jadi pemicu untuk terus belajar demi memajukan dunia pendidikan di Rancaekek dan Kab. Bandung. "Di Rancaekek ini banyak yang harus digarap untuk memajukan dunia pendidikan. Ini barangkali menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bagi para pahlawan tanpa tanda jasa untuk mengabdi tanpa pamrih," katanya.

Ditanya terkait sertifikasi bagi guru-guru TK dan SD, wanita berkacamta minus ini mengaku mendukung program sertifikasi bagi guru TK dan SD. Alasannya, ini bisa motivasi bagi guru yang bersangkutan untuk meningkatkan kemampuan agar bisa maju, baik dari sisi wawasan ataupun bidang pendidikan lainnya.

Bahkan dalam program sertifikasi tersebut, para guru secara langsung akan terlibat konpetisi positif. Karena tantangan ke depan di dunia pendidikan Indonesia semakin berat. "Untung menjawab tantangan tersebut, ya tak ada jalan lain, harus menghadirkan guru-guru yang bisa diandalkan, cakap, dan penuh wawasan," katanya.

Untuk mendorong para guru agar bisa maju, tambahnya, mereka pun harus mendapat dukungan sejumlah pihak, baik dari lingkungan keluarga, masyarakat atau lingkungan sekolah di mana guru yang bersangkutan mengabdi. "Alhamdulillah, prestasi yang telah diraih pun berkat dukungan berbagai pihak, terutama keluarga," ujarnya. (yayan s./"GM")**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar